OPTION FOR THE POOR VERSI MUHAMMAD YUNUS


 

Kunjungan Muhammad Yunus, peraih Nobel Perdamaian 2006, asal Banglades ke Indonesia pada tanggl 8 Agustus 2007 yang lalu mendapat sambutan yang luar biasa. Selain memberikan kuliah umum dihadapan Presiden SBY dan seluruh Kabinet Indonesia Bersatu juga berkunjung ke Universitas Pajajaran (UNPAD) Bandung yang merayakan 50 tahun universitas tersebut.Walaupun kunjungannya boleh dikatakan singkat tetapi telah membuka mata seluruh pejabat dan intelektual Indonesia bahwa masalah kemiskinan bukan masalah yang ringan yang hanya difokuskan pada data-data, tetapi masalah riil yang harus segera ditindak lanjuti.Pemecahan masalah kemiskinan membutuhkan waktu lama dan Muhammad Yunus memprediksi Indonesia membutuhkan waktu sampai 2030 dalam mengetaskan kemiskinan.

Pola pengetasan kemiskinan dapat dilakukan dengan berbagai versi. Belajar dari pengetasan kemiskinan di Kalkuta India dan di Bangladesh sangat cocok dengan kondisi kemiskinan di Indonesia. Yang satu dengan pendekatan sosial dan yang satu lagi dengan pendekatan ekonomi.

Andaikata Mother Teresa dari Kalukuta masih hidup beliau orang paling berbahagia mendengar Muhammad Yunus (66) dari Bangladesh menerima hadiah Nobel Perdamaian, karena dengan demikian dia ada teman yang sama-sama berjuang untuk kaum miskin. Kedua beliau sangat tepat untuk disejajarkan karena di samping sama-sama memperoleh Nobel perdamaian juga totalitas pengabdian kepada orang miskin tidak diragukan lagi.

Muhammad Yunus, pria kelahiran Chiitagong, Bangladesh, 28 Juni 1940 setelah mengetahui namanya diumumkan sebagai penerima Hadiah Nobel Perdamaian 2006 di Dhaka, Bangladesh, beliau mengatakan “Ini penghargaan bagi kaum miskin”.Hal ini persis sama yang diucapkan Bunda Teresa saat menerima Hadiah Nobel Perdamaian 1979 bahwa hadiah nobel perdamaian ini dipersembahkan untuk masyarakat miskin di Kalkuta. Kesamaan lain bagi kedua penerima nobel perdamaian adalah dalam mengawali program pengentasan kemiskinan.

Bunda Teresa pada awalnya mengalami penolakan dari masyarakat setempat, karena diragukan ketulusannya dalam membantu masyarakat Kalukuta untuk keluar dari persoalan kemiskinan. Namun dengan ketulusan, keikhlasan dan ketekunan akhirnya pelan-pelan masyarakat Kalkuta semakin percaya diri bahwa mereka dapat mandiri dan bukan masyarakat nomor dua atau masyarakat yang termajinalkan.

Muhammad Yunus sampai berhari-hari menunggu di bawah pohon membujuk para wanita Bangladesh untuk bersedia menerima pinjaman uang dari beliau yaitu Bank Grameen dari pada para suaminya menerima pinjaman dari para lintah darat. Beliau baru berhasil setelah mengajak rekan wanita dari komunitas masyarakat Bangladesh untuk terlibat dalam program Grameen ini.

Ada banyak hal yang melatar belakangi mengapa para wanita Bangladesh tidak mau menerima pinjaman dari Bank Grameen. Salah satu adalah adanya budaya lokal yang memisahkan perempuan dari kegiatan di ruang publik termasuk wanita tidak boleh memegang uang, tetapi M.Yunus yakin melalui tangan para ibu/wanita Bangladesh, kemiskinan di Bangladesh pelan-pelan akan berkurang.Banyak hasil kajian memperlihatkan setelah perempuan terpapar akses ekonomi, memiliki rekening bank, punya penghasilan, dan menjadi lebih independen maka hubungan suami-istri berubah total. Akibat positip yang lain kekerasan dalam rumah tangga jauh berkurang. Banyak perempuan menjadi penghasil utama dalam keluarga. Para suami menaruh respek pada mereka. Anak-anak sekarang bersekolah. Dulu tidak tahu gunanya.Dan kondisi semacam itu betul-betul terasa dalam kehidupan wanita Bangladesh, lebih-lebih didalam mengerakan perekonomian para wanita Bangladsh telah mempergunakan alat telekomunikasi canggih seperti HP dsb. Usaha yang gigih dari seorang bankir orang miskin itu sekarang telah membuahkan perekonomian Bangladesh semakin maju.

Bank Grameen yang telah beroperasi 32 tahun, sekarang memiliki 2,226 cabang di 78.658 desa dengan 7,21 juta nasabah, 97 prosennya perempuan. Stafnya berkembang dari 3 orang menjadi 23.345. Uang yang berputar secara kumulatif berjumlah sekitar enam miliar dollar AS yang disalurkan kepada keluarga miskin per bulan 6,6 juta warga miskin dan mayoritas wanita.

Kredit Mikro

Kunci keberhasilan Muhammad Yunus dalam mengatasi kemiskinan di Bangladesh adalah dengan mengembangkan Kredit Mikro bagi masyarakat miskin Bangladesh dan menciptakan kerangka kerja yang secara hukum membawa pelayanan keuangan pada orang miskin. Sistem ini harus merupakan sistem keuangan inklusif dimana tidak ada orang yang ditolak mendapatkan pelayanan kredit . Bagaimana dengan di Indonesia ? mungkin atau tidak ?. Dimana orang untuk mendapatkan kredit harus dengan anggunan sedangkan untuk orang miskin anggunan apa yang dia miliki ? Mungkinkah mereka mendapat kredit dari bank?

Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa sistem itu juga akan memberi kepemilikan kepada orang miskin sehingga mereka bisa mengontrol nasib mereka sendiri, selain itu juga bisa menciptakan lapangan pekerjaan bagi mereka.Hal ini terkandung maksud untuk mengembangkan kreativitas manusia, tentunya memerlukan inisiatif untuk mengeluarkan kreativitas itu dan mempersiapkan generasi berikutnya sehingga kita tidak mengulangi hal yang sama yang kita lakukan pada generasi sebelumnya. Saat ini putra-putri masyarakat miskin Bangladesh sudah tidak sepeti orangtuanya dulu. Sekarang mereka sangat mungkin untuk menjadi Dokter, Insinyur, Guru dan sebagainya, karena mereka melewati pendidikan dengan tenang karena hasil perekonomian Bangladesh telah mampu memberikan beasiswa kepada mereka. Tentunya mereka tidak akan miskin seperti orangtuanya.

Hal lain yang perlu kita perhatikan dalam mengembangkan sistem tersebut adalah masalah hukum.Hendaknya dibuat aturan perbankan yang tidak menciptakan perbedaan bagi pelayanan perbankan untuk kredit mikro dan ditambah pula aturan yang memungkinkan banyak bank menyalurkan kredit bagi masyarakat miskin. Konkritisasi kredit mikro yang dikembangan Bangladesh adalah adanya dana bergulir untuk meminjamkan uang kepada rakyat miskin. Dana tersebut bisa dipinjamkan lagi kepada rakyat miskin lainnya dan itu berjalan dengan sukses sehingga kredit mikro berkembang sangat pesat. Satu lagi yang dipesankan Yunus adalah perlu adanya badan pengawas yang independent. Badan tersebut sebaiknya berasal dari pemerintah akan tetapi bersikap independent, mengingat badan pengawas tersebut harus bebas dari kekuasaan. Fungsi badan tersebut memonitor perkembangan penyaluran dan menindaklanjuti penyimpangan dari aturan kredit mikro.

Pandangan M.Yunus tentang orang miskin

Pandangan M.Yunus tentang orang miskin sangat perbeda dengan pandangan orang pada umumnya. Ada pendapat dikalangan teknik, intelektual dan politik, bahwa kaum miskin di dunia harus menunggu dengan sabar sampai kemajuan teknik, ekonomi, ilmu pengetahuan, perdagangan bebas secara global tercapai. Pandangan ini memperlihatkan bahwa kaum miskin itu sebagai objek bukan subjek dan terus menerus menjadi beban bagi negara-negara kaya.Untuk itu M.Yunus berjuang untuk membuktikan bahwa pandangan tersebut tidak benar.

Perjuangan untuk membuktikan bahwa orang miskin bukan beban adalah perjuangan yang heroik. Ia membongkar seluruh arogansi yang menempelkan stigma, mendiskriminasi, dan mengintimidasi orang miskin. Beliau yakin orang-orang miskin itu orang cerdas , yang dibutuhkan mereka hanya akses saja bukan sedekah yang membuat mereka kurang kreatif. Setelah mereka diberi akses maka sekarang ini terdapat 100.000 pengemis yang bergabung dengan program bebas bunga, bebas membayar kapan saja dan berapa saja. Hasilnya hampir 5000 lebih pengemis sudah tidak mengemis lagi.

Dari uraian diatas terlihat dengan jelas bahwa M.Yunus mempunyai Option for The Poor yang luar biasa dengan versi yang berbeda dengan versi Bunda Teresa.

Pembelajaran dari Bangladesh

Belajar dari pengalaman Bangladesh mengatasi kemiskinan dengan kredit mikro, sebetulnya Indonesia melalui BRI juga memberikan kredit sektor mikro. Secara data program BRI cukup sukses tetapi secara realitas masih banyak UKM yang belum menikmati pinjaman tersebut. Kalau toh dapat harus ada jaminan yang secara hukum dapat dipertanggungjawabkan Untuk itu Presiden SBY mendukung gagasan M.Yunus bahwa akses keuangan adalah kunci kemakmuran. Artinya jika kita kaya maka akan dapat akses yang lebih mudah pada pendanaan, dan itu bisa digunakan untuk menjadi lebih kaya lagi. Namun demikian demikian bagaimana dengan si miskin atau pedagang sektor informal dengan modal kecil. Akses pendanaan apa yang akan mereka peroleh?

Menurut M.Yunus ketika berkunjung ke Indonesia di tahun 1990 dan tahun 1991 sudah diperkenalkan oleh Bank Indonesia adanya program kredit mikro yang sudah berjalan dan dikenal dengan Karya Usaha Mandiri. Tetapi dia tidak mengetahui apakah sekarang program itu sekarang ini masih berjalan?. Sedangkan waktu mengadakan kunjungan ke Bogor beberapa program serupa juga berjalan namun tidak sesukses di Bangladesh. Alasan yang mendasar adalah tidak ada sumber dana meskipun mereka punya kemampuan dan tahu bagaimana melakukannya. Kendala yang seperti itu juga pernah terjadi di Bangladesh tetapi dapat teratasi dengan menciptakan wholesale fund yang bisa dipinjam LSM.Di Indonesia M.Yunus berharap peran serta pengusaha yang tergabung dalam kamar dagang untuk menciptakan dana seperti itu dan tidak usah menunggu pemerintah.

Dengan indikator-indikator yang telah disampaikan M.Yunus tentang Indonesia sebetulnya kondisi Bangladesh tidak jauh berbeda dengan Indonesia, kalau Bangladesh bisa mengapa Indonesia tidak ? Vietnam yang mempunyai program yang sama dengan Bangladesh dan kebetulan M.Yunus ditunjuk menjadi penasehat gubernur di Provinsi Hainan telah menunjukan keberhasilannya. Hal itu telah diakui secara terbuka oleh Bank Dunia dan tidak lama lagi menyusul Mongolia. Betulkah Indonesia harus menunggu tahun 2030 untuk bebas dari kemiskinan, seperti yang diprediksi M.Yunus.Kalau demikian kita butuh empat atau lima kepemimpinan nasional untuk sampai pada angka kemiskinan nol. Begitu lamakah, apakah tidak dapat dipercepat. Apabila para pejabat, ekonom dan cerdik pandai Indonesia tidak mampu, mengapa tidak minta bantuan Bapak M.Yunus.Tidak perlu kita malu sama Bangladesh.

Semoga ulang tahun kemerdekaan RI ke-62 ini dapat menjadi semangat bangsa ini untuk dapat segera keluar dari permasalahan kemiskinan. Sebab ternyata masalah yang muncul akibat dari bom nuklir masih lebih ringan dibandingkan dengan akibat yang di timbulkan oleh kemiskinan. *****


Referensi :

  1. Kompas, Rabu 8 Agustus 2007

  2. Kompas, Minggu 12 Agustus 2007

  3. L.Sugiri SJ. Sahabat & Adil

  4. Seabad Pemenang Hadiah Nobel Perdamaian,PT Dinastindo,2002